5 Cara Cepat Hentikan Diare Anak

cara cepat hentikan diare anak
Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp
Telegram
Email

Definisi diare menurut World Health Organization (WHO) adalah suatu kondisi di mana frekuensi buang air besar (BAB) mencapai tiga kali atau lebih dan disertai dengan bentuk feses yang cair atau mencret. Diare sering dikaitkan dengan sumber air yang tercemar dan makanan yang terkontaminasi.

Tak heran diare menjadi penyakit yang umum terjadi di negara berkembang di mana higiene dan sanitasi belum terlalu diperhatikan, seperti Indonesia. Pada tahun 2018, prevalensi kejadian diare di Indonesia mencapai 12,3 persen. Meski pada tahun 2019 turun menjadi 4,5 persen, namun faktanya diare masih menjadi penyebab utama kematian pada anak, khususnya balita usia 12-59 bulan. Menurut data Kemenkes, tercatat 314 kematian akibat diare pada balita Indonesia di tahun 2019.

Proporsi Penyebab Kematian Balita (12-59 Bulan) di Indonesia 2019
Proporsi Penyebab Kematian Balita (12-59 Bulan) di Indonesia 2019. Grafik oleh Katadata.

Karena sering menjangkiti anak-anak, kebanyakan masyarakat Indonesia pun menganggap diare anak sebagai penyakit biasa. Padahal jika anak yang mengalami diare tidak ditangani dengan cepat, bisa mengakibatkan dehidrasi, penurunan fungsi ginjal hingga kematian.

Gejala Diare Pada Anak

Selain frekuensi BAB yang lebih banyak dan disertai mencret, terdapat beberapa gejala diare lain yang menyerang anak. Pahami beberapa poin gejala diare anak berikut ini, agar Anda bisa menjadi lebih waspada pada kondisi anak.

  1. Mual
  2. Muntah
  3. Demam
  4. Lendir di tinja
  5. Perut kembung
  6. Darah dalam tinja
  7. Nafsu makan hilang
  8. Kram atau nyeri perut

Setelah memahami gejala diare, ada baiknya Anda juga mengetahui gejala dehidrasi. Hal ini dikarenakan, anak rentan mengalami dehidrasi dibandingkan orang dewasa saat mengalami diare.

Dehidrasi bisa terjadi jika tubuh tidak memiliki cukup air atau elektrolit untuk menjalankan fungsi normal tubuh. Berikut adalah tanda-tanda dehidrasi pada anak:

  1. Rasa haus yang berlebihan
  2. Jarang buang air kecil
  3. Urin berwarna gelap
  4. Mulut dan lidah kering
  5. Kulit kering
  6. Kelelahan
  7. Mata atau pipi cekung
  8. Pusing atau pingsan
  9. Turgor kulit menurun (ketika kulit dicubit dan dilepaskan tidak langsung kembali normal)

Penyebab Diare Pada Anak

potret diare anak
Anak sedang sakit perut. Gambar oleh CHOC.

Diare pada anak tidak bisa terjadi begitu saja, karena terdapat sejumlah kondisi yang bisa menjadi penyebab diare anak:

1. Virus

Rotavirus adalah penyebab umum pada kasus diare akut secara global. Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC), infeksi rotavirus menyebabkan sekitar 40 persen anak di bawah 5 tahun harus menjalani rawat inap karena diare.

Virus ini bisa dengan mudah menyebar melalui kontak fisik. Sehingga untuk menghindari diare akibat rotavirus, Anda harus mengajari anak untuk rajin mencuci tangan.

2. Bakteri dan Parasit

Selain virus, diare juga bisa disebabkan oleh bakteri dan parasit. Salah satu bakteri penyebab diare adalah Escherichia coli atau E. Coli. Paparan E. coli bisa didapatkan dari air atau makanan seperti sayuran mentah dan daging yang kurang matang.

Sebenarnya sebagian besar E. Coli tidak berbahaya dan diare bisa sembuh dalam waktu singkat. Tetapi beberapa jenis E. coli seperti E. coli 0157:H7 bisa menyebabkan kram perut yang parah, diare berdarah, hingga muntah. Bahkan jika E. coli 0157:H7 menjangkit anak dan lansia maka bisa berakibat pada gagal ginjal hingga kematian.

3. Efek Mengonsumsi Obat Tertentu

Konsumsi obat tertentu seperti antibiotik ternyata dapat menyebabkan diare. Jenis antibiotik yang kerap menyebabkan diare adalah makrolida, sefalosporin, fluoroquinolones, dan penisilin.

Diare akibat konsumsi antibiotik kemungkinan bisa terjadi seminggu setelah anak mengonsumsinya. Hal ini bisa terjadi karena pengaruh dari cara kerja obat antibiotik itu sendiri.

Seperti yang Anda ketahui, antibiotik bisa membunuh bakteri jahat, tetapi juga membunuh bakteri baik. Kondisi ini berakibat pada ketidakseimbangan alami bakteri di usus yang bisa berakibat pada diare anak. Oleh karena itu, penting untuk mengonsumsi antibiotik sesuai anjuran dokter saja.

4. Intoleran Terhadap Laktosa

Apakah anak Anda kerap diare setelah mengonsumsi produk turunan susu dari mamalia seperti susu UHT, keju, yoghurt, dan krim? Itu bisa jadi tanda bahwa anak intoleran terhadap laktosa.

Laktosa adalah gula yang ditemukan pada susu dan produk susu dari mamalia lainnya. Meski anak tidak bisa mengonsumsi dairy product yang kaya akan protein, tapi Anda bisa tetap memenuhi kebutuhan protein anak dengan memberikannya susu kedelai, susu almond, dan susu dari bahan nabati lainnya.

5. Fruktosa

Fruktosa merupakan komponen dasar dalam sukrosa yang banyak digunakan sebagai pemanis pada makanan dan minuman olahan. Fruktosa bukanlah sesuatu yang membahayakan karena dapat ditemukan secara alami di dalam buah-buahan dan madu.

Meski alami, tidak berarti semua orang bisa toleran terhadapnya. Terkadang fruktosa juga bisa menyebabkan nyeri perut, kembung, dan diare pada sebagian anak. Ini terjadi karena sistem pencernaan kesulitan untuk mencernanya.

6. Pemanis Buatan

Saat ini sudah banyak produk kemasan yang mengandung pemanis buatan seperti sakarin, aspartame, siklamat, dan sorbitol. Sebagai gula yang dibuat secara sintetik, akhirnya pemanis buatan punya rasa yang berkali-kali lebih manis daripada pemanis alami.

Pemanis buatan pun cenderung sulit untuk diserap oleh tubuh. Sehingga bisa menyebabkan diare pada beberapa orang, termasuk anak-anak.

7. Efek Pasca Operasi

Radang usus buntu memerlukan tindakan operasi jika sudah mengganggu kesehatan. Hal lumrah yang terjadi setelah operasi usus buntu adalah frekuensi BAB yang meningkat, bahkan diare.

Diare setelah operasi usus akan membaik dalam 1-2 minggu pasca operasi. Tetapi jika kondisi ini terus berulang dan bahkan disertai dengan gejala dehidrasi, feses berdarah, dan muntah-muntah, maka Anda harus segera memeriksakannya ke dokter.

8. Gangguan Pencernaan Lainnya

Penyebab diare anak yang terakhir disebabkan oleh gangguan pencernaan lain, seperti Irritable Bowel Syndrome (IBS) atau sindrom iritasi usus besar. Sindrom ini berasal dari kumpulan gejala akibat iritasi di saluran pencernaan.

Meski belum diketahui secara pasti mengenai penyebabnya, tetapi sindrom ini diyakini terkait dengan gangguan pada sistem saraf, kontraksi otot, infeksi, dan peradangan pada usus.

Baca juga: Manfaat Tidur Siang untuk Anak, Remaja hingga Orang Dewasa

Pertolongan Pertama pada Anak yang Diare

Jika Anda memiliki anak yang sedang diare, pastikan untuk membuatnya tetap terhidrasi. Lakukan beberapa langkah berikut sebagai pertolongan pertama pada diare anak!

1. Minum Oralit

Oralit merupakan obat bebas yang bermanfaat untuk mengatasi dehidrasi akibat diare. Oralit mengandung glukosa anhidrat 2,7 gram, kalium klorida 0,3 gram, natrium klorida 0,52 gram, dan trisodium sitrat dihidrat 0,58 gram.

Cara membuat oralit pun mudah. Cukup larutkan oralit dalam 200 ml air putih matang yang hangat. Sesuaikan dosis oralit sesuai umur anak.

  1. Usia 0-1 tahun
    1- 1/2 gelas pada 3 jam pertama, lalu ½ gelas tiap kali mencret/BAB
  2. Usia 1-5 tahun
    3 gelas pada 3 jam pertama, lalu 1 gelas tiap kali mencret/BAB
  3. Usia 5-12 tahun
    6 gelas pada 3 jam pertama, lalu 1 ½ gelas tiap kali mencret/BAB

2. Biarkan Anak Istirahat

Untuk mempercepat penyembuhan, anak perlu istirahat yang cukup. Namun istirahat saja tidak bisa menyembuhkan diare anak. Anda juga memperhatikan konsumsi air putih, ketepatan minum obat diare, dan asupan nutrisi agar diare anak tidak memburuk.

Mengobati Diare Anak Secara Alami

Ketika diare anak masih dalam taraf ringan, Anda tidak perlu panik dan buru-buru mencari obat di apotek. Terdapat beberapa bahan yang bisa digunakan untuk pengobatan alami yang mungkin ada di dapur dan bisa Anda berikan ke anak yang sedang mengalami diare.

1. Air Mineral

Ketika diare, BAB tidak hanya mengeluarkan feses tapi juga cairan. Itulah sebabnya kotoran yang keluar bentuknya cair dan berpotensi menyebabkan dehidrasi.

Agar tidak terjadi dehidrasi, segera penuhi cairan tubuh dengan meningkatkan porsi air mineral yang anak minum. Minum air mineral setidaknya 1 liter (5 gelas) per jam selama 1-2 jam.

2. Larutan Gula dan Garam

Jika tidak memiliki oralit bubuk, maka Anda bisa membuatnya sendiri di rumah. Caranya adalah dengan melarutkan 6 sendok teh gula pasir dan 1/2 sdt garam. Larutan gula dan garam bermanfaat untuk membantu usus menyerap cairan secara efisien.

Dalam laman Crohn’s and Colitis Canada, dijelaskan garam bertindak sebagai elektrolit yang bertugas untuk mengganti cairan tubuh yang hilang. Sedangkan gula adalah sumber karbohidrat yang berguna untuk menambah stamina pasca diare.

3. Air Rebusan Jahe

Salah satu tanaman obat yang diyakini dapat mengobati diare anak adalah jahe. Praktisi herbal mengungkapkan bahwa mengonsumsi jahe dapat mengurangi frekuensi BAB dan meredakan nyeri perut akibat diare karena jahe kaya akan bahan kimia bermanfaat yang disebut fitokimia.

Fitokimia pada jahe memiliki sifat antioksidan dan antiinflamasi yang bisa membunuh bakteri penyebab diare anak. Cara membuat air rebusan jahe adalah dengan memotong jahe menjadi beberapa bagian kemudian rebus di air mendidih.

4. Pisang

Pisang merupakan buah yang memiliki kandungan potassium tinggi. Sebagai salah satu mineral, potassium berfungsi untuk menggantikan elektrolit yang hilang.

Selain itu, serat pada pisang bisa membantu memadatkan feses dan menyerap kelebihan cairan di usus. Jika anak tidak terlalu suka makan pisang secara langsung, Anda bisa mengolahnya sebagai smoothie atau menambahkan pemanis alami seperti gula pasir atau madu.

5. Air Kelapa

Air kelapa umum digunakan sebagai bahan dasar dalam pembuatan minuman olahraga. Hal tersebut tidak terlepas dari kandungan kalium, natrium, magnesium, dan kalsium pada air kelapa yang membantu menjaga keseimbangan cairan di dalam tubuh.

Selain sebagai minuman yang cocok dikonsumsi setelah olahraga, air kelapa juga bisa dikonsumsi untuk menangani diare anak. Studi telah menemukan nutrisi pada air kelapa efektif bertindak sebagai elektrolit yang mampu mengobati dehidrasi akibat diare ringan.

Kapan Anak Harus Dibawa ke Dokter?

anak dan dokter
Anak dan Dokter. Foto oleh Pavel Danilyuk dari Pexels.

Bila setelah diberi obat alami frekuensi diare anak justru meningkat disertai dengan demam, muntah, pusing, dan di tinjanya terdapat darah, maka sebaiknya segera bawa anak ke dokter untuk pemeriksaan lebih lanjut.

Selain itu terdapat tanda darurat yang bisa orang tua lihat pada anak berusia di bawah empat tahun, yang mana anak belum bisa mengungkapkan apa yang dirasakannya. Tanda-tanda tersebut antara lain, anak yang lemas, tidak aktif bergerak, serta menangis tapi tidak mengeluarkan air mata.

Baca Juga: Obat Flu dan Batuk Anak yang Bisa Dibeli di Apotek

Penutup

Diare adalah penyakit umum yang banyak diderita anak Indonesia, namun jika dibiarkan dampaknya akan fatal. Oleh karena itu, Anda wajib mengetahui tanda-tanda diare anak dan melakukan langkah pengobatan yang bisa cepat menghentikan diare, sebelum anak dehidrasi.

Jika Anda sedang mencari obat untuk diare anak, Anda bisa membelinya di Klinik & Apotek Silvi Medika yang berada di Jl. Sagaranten No.3 Pesanggrahan, Kecamatan Sagaranten, Kabupaten Sukabumi.

Terima kasih sudah membaca artikel ini sampai akhir, semoga informasinya bermanfaat. Berbagai informasi menarik lain seputar kesehatan juga bisa Anda dapatkan di Instagram Klinik Silvi Medika.

Artikel Terkait